Teknologi Navigasi Laut Tengah Dikembangkan BPPT
By Admin
JAKARTA
- Direktur Pusat Teknologi Elektronika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) Yudi Purwantoro mengungkapkan saat ini pihaknya sedang berupaya
mengembangkan teknologi navigasi pelayaran modern dengan harga yang efisien dan
lebih terjangkau.
"Teknologi navigasi sangat berperan dalam meminimalisasi dampak maupun
terjadinya kondisi bahaya yang dialami kapal laut. Masalahnya teknologi
tersebut harganya mahal sehingga banyak kapal kecil atau kapal lama yang tidak
menggunakannya, dan ini jumlahnya lebih banyak," jelasnya dalam siaran
persnya, di Jakarta, Sabtu (5/3/2016)
Teknologi navigasi pelayaran saat ini, kata Yudi, harganya terbilang tinggi.
Padahal, sangat penting untuk mengetahui posisi kapal ketika terjadi gangguan
dan bisa dilakukan sesegera mungkin.
Menurut Yudi, BPPT sedang mengembangkan teknologi navigasi laut yang lebih
murah sehingga dapat dijangkau dan lebih ekonomis bagi kapal-kapal kecil maupun
kapal lama. Dengan teknologi ini, posisi dan identitas kapal dapat diketahui
sehingga dapat dipantau dan dipandu dalam pelayaran.
"Penting untuk menghindari area yang berbahaya, berkarang, maupun potensi
tabrakan dengan kapal lain," tegasnya.
Selain itu, kata Yudi, bagi kapal nelayan, teknologi navigasi dapat memberi
panduan koordinat menuju ke area yang banyak ikannya.
Kemudian, lanjutnya, teknologi ini juga dapat digunakan seperti mercusuar di
tengah laut dengan dipasang pada Buoy di area yang berkarang, atau menjadi
pagar "maya" bagi batas terluar wilayah Indonesia yang
mengidentifikasi kapal-kapal yang masuk wilayah perairan Indonesia tapi tidak
melaporkan identitasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, teknologi ini berbasis Automatic Identification
System (AIS), yang mengintegrasikan fungsi pemancar (transmitter), penerima
(receiver), interogasi (interogrator), dan penentu lokasi berbasis satelit
(GPS), ke dalam sebuah bentuk alat yang berukuran kecil.
Pada alat tersebut, tambahnya, bisa juga diintegrasikan sebuah layar kecil
untuk menampilkan informasi navigasi yang berguna bagi ABK dalam mencapai
keselamatan pelayaran. Jadi, alat ini berpotensi membantu dunia pelayaran,
perikanan dan keamanan wilayah Indonesia.
Sebagai informasi, Yudi menyebut dalam pelayaran atau tranportasi laut bisa
menghadapi kondisi bahaya yang disebabkan empat hal yakni cuaca atau kondisi
alam yang ekstrem misalnya badai, gelombang besar, kabut yang sangat tebal,
tabrakan antarkapal, menabrak rintangan alam seperti karang, dan kerusakan pada
kapal, seperti kebocoran.
"Menjadi kebutuhan yang sangat krusial bagi keselamatan kapal adalah
menghindarkan diri dari kondisi bahaya tersebut. Di sinilah peranan teknologi
navigasi sangat berperan dalam meminimalisasi dampak maupun terjadinya kondisi
bahaya tersebut," tuturnya. (mk)